Tik.
Entah apa itu.
Kupikir suara.
Suara mewakilkan banyak hal.
Jatuhnya airmata dalam hati?
Berpadunya jari dengan tuts-tuts kecil itu?
Semakin waktu beriring semakin aku menyadari.
Sedih tapi tak tersampaikan.
Kenyataan yang memuakkan.
Fikiran yang sejalan dengan hidupnya masing-masing.
Bagaimana engkau, aku, dia.
Seakan tak terfikir lagi.
Egoisnya aku ini.
Sedih kau harus tahu.
Menghadapi sesuatu yang tak dapat dilawan.
Aku diantara dua keyakinan.
Tik, tik, tik.